BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Selasa, 18 Januari 2011

contoh makalah Filariasis




BAB I
PENDAHULUAN
A. Skenario
Cegah Filariasis …
Kecamatan As memiliki kondisi geografis terdiri atas rawa dan semak belukar. Kondisi ini memungkinkan sekali berkembangbiaknya semua spesies nyamuk. Berdasarkan data Kecamatan As sebesar 35.000 jiwa. Rata-rata mata pencaharian penduduk buruh tani dan nelayan serta sebagian besar pendidikan masyarakat adalah SD dengan kondisi lingkungan dan perumahan yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Hasil survei kesehatan menunjukan peningkatan angka kejadian filariasis yaitu tahun 2008 terdiri atas 57 kasus 3 orang diantaranya meninggal dan tahun 2009 terdiri atas 98 kasus 7 orang diantaranya meninggal akibat penyakit tersebut. Hampir semua kasus terjadi pada usia produktif. Menurut keterangan salah seorang warga diketahui bahwa mereka sering keluar malam dan tanpa menggunakan pakaian tebal panjang, acuh terhadap kebersihan lingkungan serta ketika bekerja tidak menggunakan alas karena dianggap mengganggu. Bagaimana tindakan saudara jika berperan sebagai kepala Puskesmas?

B. Analisa Kasus
1. Langkah 1. Klarifikasi / Identifikasi Istilah (Clarify Term)
a. Identifikasi Istilah :
1. Filariasis
2. Spesies
3. Kondisi Geografis
4. Usia Produktif
5. Survei


b. Klarifikasi Istilah:
1. Filariasis adalah penyakit kaki gajah dari cacing filaria yang ditularkan oleh nyamuk.
2. Spesies adalah sinonim dari jenis yang merupakan tingkatan paling rendah dalam taksonomi.
3. Kondisi geografis adalah keadaan lingkungan dari suatu wilayah.
4. Usia produktif adalah usia dimana seseorang sudah atau masih mampu menghasilkan sesuatu.
5. Survei adalah mengamati, pemeriksaan secara bertahap.

2. Langkah 2. Membuat Daftar Masalah (Define The Problem)
a. Bagaimana hubungan antara filariasis dengan usia produktif dan mengapa banyak terjadi pada usia tersebut?
b. Bagaimana kondisi yang memungkinkan perkembangbiakan semua spesies nyamuk sehingga muncul kejadian filariasis?
c. Apa syarat-syarat kesehatan lingkungan perumahan yang baik?
d. Bagaimana tindakan menghadapi permasalahan fillariasis jika berperan sebagai Kepala Puskesmas?
e. Bagaimana penularan penyakit filariasis?
f. Apa gejala-gejala penyakit filariasis?
g. Apa saja faktor risiko yang mengakibatkan filariasis?
h. Bagaimana pencegahan dan penanggulangan penyakit filariasis?
i. Apa saja spesies nyamuk yang menyebabkan penyakit filariasis?
j. Mengapa pekerjaan dan pendidikan dapat mempengaruhi kejadian penyakit filariasis?
k. Bagaimana cara kerja/siklus cacing filaria sampai menyebabkan kematian?





3. Langkah 3. Menganalisis Masalah (Analyze The Problems)
a. Usia produktif berhubungan dengan filariasis karena pada usia produktif lebih sering melakukan pekerjaan atau aktivitas di luar rumah sehingga lebih besar kemungkinannya kontak dengan nyamuk pembawa larva filaria.
b. Kondisi yang memungkinkan perkembangbiakan semua spesies nyamuk sehingga muncul kejadian filariasis adalah lingkungan yang terdapat genangan air yang kotor.
c. Syarat-syarat kesehatan lingkungan perumahan yang baik yaitu:
1. Adanya pencahayaan yang baik.
2. Apabila rumahnya terbuat dari kayu disemprotkan desinfektan.
3. Adanya ventilasi (diberi kawat nyamuk).
4. Saluran air yang mengalir dengan baik.
5. Adanya tempat penampungan sampah.
6. Lantai rumah tidak langsung tanah, kalau bisa dari semen.
d. Tindakan yang dilakukan untuk menghadapi permasalahan fillariasis jika berperan sebagai Kepala Puskesmas antara lain sebagai berikut:
1. Melakukan upaya promotif seperti melakukan pemberitaan pada berbagai media, baik media elektronik atau media cetak sebagai upaya menginformasikan permasalahan filariasis.
2. Melakukan upaya preventif seperti survei lapangan untuk mengidentifikasi masyarakat yang memiliki gejala-gejala filariasis dan pengadaan penyuluhan tentang filariasis dengan menggunakan bahasa yang sederhana agar mudah diterima oleh masyarakat.
3. Melakukan upaya kuratif dengan pengobatan secara massal dan pembagian obat secara gratis.
4. Melakukan upaya rehabilitatif seperti pengembalian kepercayaan diri penderita yang telah sembuh dan menyadarkan masyarakat agar mau menerima penderita yang sudah sembuh.
e. Cara penularan filariasis yaitu nyamuk menggigit manusia yang sudah terinfeksi penyakit filaria kemudian nyamuk menggigit manusia yang belum terinfeksi, sehingga manusia tersebut juga tertular filaria.
f. Gejala-gejala filariasis yaitu demam dan pembengkakan di daerah lipatan paha.
g. Faktor risiko filariasis adalah sebagai berikut:
1. Lingkungan yang terdiri dari lingkungan fisik seperti rawa, lingkungan kimia seperti kualitas air yang menyebabkan perkembangbiakan nyamuk dan lingkungan biologi seperti organisme yang hidup di lingkungan tersebut seperti enceng gondok yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk dan mengurangi kadar oksigen dalam air sehingga ikan pemakan jentik tidak dapat bertahan hidup.
2. Rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan.
3. Kebersihan lingkungan dan sikap manusia yang acuh terhadap kesehatan diri sendiri (lingkungan sosial-ekonomi).
h. Pencegahan filariasis adalah sebagai berikut:
1. Menghindarkan kontak langsung dengan vektor pembawa.
2. Menggunakan alas kaki.
3. Menggunakan alas kaki yang lengkap dan tebal.
4. Mengganti konstruksi bangunan rumah warga.
5. Menanam tanaman pengusir nyamuk.
Penanggulangan filariasis adalah pemberian pengobatan secara missal.
i. Vektor pembawa penyakit filariasis adalah semua spesies nyamuk.
j. Pendidikan yang rendah dapat mempengaruhi kejadian filariasis karena pengetahuan tentang penyakit tersebut kurang diketahui. Sedangkan pekerjaan mempengaruhi juga disebabkan aktivitas yang sering dikerjakan di luar rumah memungkinkan kontak langsung terhadap nyamuk.
k. Belum diketahui filariasis dapat menyebabkan kematian. Kemungkinan ada faktor lain yang menyebabkan kematian tersebut.
4. Langkah 4. Pohon Masalah (Problem Tree)





























Gambar 1. Pohon Masalah (Problem Tree) “Cegah Filariasis …”
5. Langkah 5. Menetapkan Sasaran Belajar (Formulate Learning Objective)
a. Aspek Epidemiologi
1) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian filariasis.
2) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang penyebab filariasis.
3) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang spesies nyamuk yang dapat menjadi parasit filaria.
4) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang faktor risiko filariasis.
5) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara penularan filariasis.
6) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang tanda dan gejala filariasis.
7) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang angka kematian akibat filariasis.
8) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang distribusi frekuensi dari filariasis.
9) Mahasiswa mampu menjelaskan surveilans filariasis.

b. Aspek Kesehatan Lingkungan
1) Mahasiswa mampu menjelaskan higiene perorangan dan higiens lingkungan.
2) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang sanitasi perumahan.
3) Mahasiswa mampu menjelaskan siklus hidup vektor pembawa larva filaria.
4) Mahasiswa mampu menjelaskan faktor-faktor yang menjadi sumber penularan filariasis.

c. Aspek Promosi Kesehatan
1) Mahasiswa mampu menjelaskan upaya pencegahan dan penanggulangan yang dapat dilakukan untuk mengatasi filariasis.
2) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang usaha-usaha Puskesmas pada daerah tersebut untuk mengatasi permasalahan filariasis yang meliputi perilaku masyarakat.


d. Aspek Administrasi Kebijakan Kesehatan
1) Mahasiswa mampu menjelaskan kebijakan pemerintah dan tindakan Kepala Puskesmas tentang program pencegahan dan penanggulangan filariasis.
2) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang perencanaan dan evaluasi yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan filariasis,


BAB II
PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus
1. Aspek Epidemiologi
a. Batasan Filariasis
Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi nematoda dari famili filariodea, yang cacing dewasanya hidup dalam cairan dan saluran limfe, jaringan ikat dibawah kulit, dan dalam rongga badan. Cacing dewasa betina mengeluarkan mikrofilaria yang dapat ditemukan di dalam darah, hidrokel, kulit, sesuai dengan sifat tiap-tiap spesiesnya (1).
Parasit filaria berbentuk panjang seperti benang yang hidup di dalam jaringan untuk waktu yang lama. Manifestasi klinis biasanya terjadi bertahun-tahun setelah terinfeksi, sehingga penyakit ini jarang ditemukan pada anak. Microfilaria adalah larva imatur yang ditemukan di darah atau kulit dan mencapai tingkat infektif di dalam tubuh nyamuk (2).
Meskipun diketahui lebih dari 200 spesies parasit filaria, hanya sedikit yang menginfeksi manusia. Dari parasit filaria yang diketahui pada manusia, empat diantaranya yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, Brugia timori, dan Onchocerca volvulus, merupakan penyabab infeksi yang paling sering dan menimbulkan gejala sisa patologis. Wuchereria bancrofti dan Brugia malayi hidup didaerah tropis seperti Indonesia, sedangkan Onchocerca volvulus hidup di Afrika (2).
Biasanya stadium larva infektif setelah masuk kedalam kulit melalui lubang tusukan, langsung ikut aliran limfe perifer dan bersarang di dalam saluran dan kelenjar limfe setempat. Di sini mereka akan menjadi dewasa dan kawin. Selajutnya, cacing dewasa akan mengeluarkan microfilaria dan waktu yang diperlukan kurang lebih 1 tahun (1).
Cacing dewasa yang hidup dalam saluran limfe merupakan benda asing yang merangsang sel endotel saluran limfe dan pada akhirnya menimbulkan reaksi prolimferatif berjonjot (1).
Bila mati, cacing dewasa akan mengalami degenerasi serta desintegrasi sehingga reaksi terhadap jaringan sekitarnya akan lebih hebat lagi, disertai endapan fibrin atau thrombus sekitar cacing yang mati (1).
Disekitar cacing dan saluran limfe sering pula tampak masa nekrotik. Saluran pada tempat ini lama-kelamaan akan tersumbat, sedangkan zat-zat hasil desintegrasi cacing dewasa yang mati merupakan rangsangan pembentukan granuloma yang proliferatife (1).
Bentuk granuloma seperti tuberkel dengan mikrosis disertai sel epiteloid dan limfosit. Disamping itu, tampak sebukan sel eosinofil dan sel plasma. Baik disekitar saluran limfe atau yang tersumbat maupun dalam sinus kelenjar limfe terjadi reaksi sel retikuloendotel berupa sel makrofag dan sel datia (1).
Sekitar sisa-sisa desintegrasi cacing, lama-kelamaan dapat terjadi perkapuran disertai fibrosis. Di dalam kelenjar limfe dapat ditemukan sel eosinofil yang berlebihan, terutama dalam sinusoid. Akibat peradangan dengan fibrosis dapat terjadi penyumbatan aliran limfe, sehingga tekanan hidrostatik meningkat dan akhirnya terjadi edema jaringan dan organ (1).

b. Faktor Risiko Filariasis
Faktor risiko yang berpengaruh terhadap angka kejadian filariasis adalah faktor risiko internal dan faktor risiko eksternal. Faktor risiko internal merupakan faktor risiko yang berasal dari organism sendiri antara lain berupa umur dan jenis kelamin sedangkan faktor risiko yang berasal dari lingkungan salah satunya adalah kondisi sosial ekonomi. Kondisi sosial ekonomi masyarakat dapat dinilai antara lain berdasarkan tingkat pendidikan dan pendapatan (3,4).
c. Cara Penularan Filariasis
Penularan filariasis dapat terjadi bila ada 3 unsur, yaitu :
1. Adanya sumber penularan, yakni manusia atau hospes resevior yang mengandung microfilaria didarahnya.
2. Adanya vektor, yakni nyamuk yang dapat menularkan filariasis.
3. Manusia yang rentan terhadap filariasis.
Seseorang dapat tertular filariasis, apabila orang tersbut mendapat gigitan nyamuk infektif, yaitu nyamuk yang mengandung larva infektif (larva stadium3-L3). Pada saat nyamuk infektif menggigit manusia, maka larva L3 akan keluar dari probosisnya, larva L3 akan masuk melalui luka bekas gigitan nyamuk dan bergerak ke sistem limfe. Larva L3 Brugia malayi dan Brugia timori akan menjadi cacing dewasa dalam kurun waktu kurang lebih 3,5 bulan, sedangkan Wucheria Bancrofti memerlukan waktu kurang lebih 9 bulan. Masa inkubasi ekstrinsik untuk Wucheria Bancrofti antara 10-14 hari sedangkan Brugia malayi dan Brugia timori antara 8-10 hari. Khusus untuk Brugia malayi, nyamuk Mansonia menggigit manusia, kucing, atau kera yang microfilaria dalam darah tepi masuk ke dalam lambung nyamuk dan berkembang dalam tubuh nyamuk yang mengandung L3 (larva infektif) (5).
d. Tanda dan Gejala Filariasis
Gejala yang umum terlihat adalah terjadinya elefantiasis, berupa membesarnya tungkai bawah (kaki) dan kantung zakar (skrotum), sehingga penyakit ini secara awam dikenal sebagai penyakit kaki gajah. Gejala elefantiasis (penebalan kulit dan jaringan-jaringan di bawahnya) sebenarnya hanya disebabkan oleh filariasis limfatik ini. B. timori diketahui jarang menyerang bagian kelamin, tetapi W. bancrofti dapat menyerang tungkai dada, serta alat kelamin. Filariasis subkutan disebabkan oleh Loa loa (cacing mata Afrika), Mansonella streptocerca, Onchocerca volvulus, dan Dracunculus medinensis (cacing guinea).
Banyak penderita filariasis (penyakit kaki gajah) tidak menunjukan gejala sama sekali, mereka terlihat sehat tetapi di dalam tubuhnya sudah terdapat jutaan cacing dewasa dan anak cacing yang beredar dalam darah.

Tahap awal/ akut:
Demam berulang 1-2 kali atau lebih setiap bulan selama 3-5 hari, lalu demam sembuh sendiri tanpa diobati, timbul benjolan dan terasa nyeri pada lipat paha atau ketiak, terasa adanya urat seperti tali yang berwarna merah dan sakit mulai dari pangkal paha atau ketiak dan berjalan kearah ujung kaki atau tangan.

Tahap Lanjut /Kronis:
Pada awalnya terjadi pembesaran yang hilang timbul pada kaki, tangan, kantong buah zakar, payudara, dan alat kelamin wanita, akhir nya lama kelamaan menjadi cacat menetap.

Selain itu untuk mengetahui seseorang menderita Filariasis secara pasti adalah dengan pemeriksaan darah jari diketahui terdapat anak cacing (mikrofilaria) ( Emilia SP at Sunday, December 20, 2009, kaki gajah-filariasis, http://belajarmengajar.blogspot.com

Angka Kematian Akibat Filariasis
CDR
Prevalensi

Distribusi frekuensi dari filariasis
Surveilans filariasis.

e. Aspek Kesehatan Lingkungan
5) Mahasiswa mampu menjelaskan higiene perorangan dan higiens lingkungan.
6) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang sanitasi perumahan.
7) Mahasiswa mampu menjelaskan siklus hidup vektor pembawa larva filaria.
8) Mahasiswa mampu menjelaskan faktor-faktor yang menjadi sumber penularan filariasis.

f. Aspek Promosi Kesehatan
3) Mahasiswa mampu menjelaskan upaya pencegahan dan penanggulangan yang dapat dilakukan untuk mengatasi filariasis.
4) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang usaha-usaha Puskesmas pada daerah tersebut untuk mengatasi permasalahan filariasis yang meliputi perilaku masyarakat.


NB : TUGAS KELOMPOK 2 IKMT SEKENARIO TENTANG FILARIASIS PSKM FK UNLAM, BANJARBARU KALSEL

0 komentar: